Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Blog ini

Sabtu, 05 Februari 2011

POWER TRESHER

PETUNJUK TEKNIS

PERONTOKAN PADI DENGAN CARA MEKANIS DAN

SEMI MEKANIS


Gambar 1. : Perontokan padi dengan pedal thresher

Kegiatan perontokan padi dilakukan setelah kegiatan panen menggunakan sabit atau alat mesin panen (reaper). Kegiatan perontokan ini dapat dilakukan secara tradisional (manual) atau menggunakan mesin perontok. Secara tradisional kegiatan perontokan akan menghasilkan susut tercecer yang relatif besar, mutu gabah yang kurang baik, dan membutuhkan tenaga yang cukup melelahkan. Mesin perontok dirancang untuk mampu memperbesar kapasitas kerja, meningkatkan effisiensi kerja, mengurangi kehilangan hasil dan memperoleh mutu hasil gabah yang baik. Bermacam – macam jenis dan merk mesin perontok padi dapat dijumpai di indonesia, mulai dari yang mempunyai kapasitas kecil, sedang, hingga kapasitas besar. Berbagai macam jenis mesin perontok padi (Thresher), yaitu :
1.            Pedal Thresher (Thresher Semi Mekanis)
2.            Power Thresher (Thesher Mekanis)

1.         Pedal Thresher (Thresher Semi Mekanis)
   Thresher jenis pedal ini mempunyai konstruksi sederhana, dapat dibuat sendiri oleh petani dan cukup dioperasikan oleh satu orang serta mudah dijinjing ketengah  lapangan/ sawah. Pada umumnya hanya dipakai untuk merontok padi. Thresher jenis pedal ini tidak dikategorikan sebagai ”Mekanis”  karena menggunakan mesin penggerak (bensin/ diesel).

 

Gambar 2. :  Pedal Thresher


Spesifikasi Pedal Thresher :
1.        Mampu menghemat tenaga dan waktu
2.        Kebutuhan operatus 1 (satu) orang
3.        Mudah dioperasikan dan akan mengurangi susut tercecer
4.        Kapasitas kerja : 75 kg hingga 100 kg per jam

2.      Power Thresher (Thresher Mekanis)
Power Thresher ini dapat dipakai untuk merontok biji-bijian (padi, jagung dan kedelai) dan dilengkapi dengan pengayak sehingga biji – bijian yang dihasilkan relatif bersih (gambar 3).

Gambar 3 :  Power Thresher
Spesifikasi   :
a.      Tenaga penggerak                     :  Mesin diesel atau bensin 5,5 HP s/d 6 HP
b.      Berat keseluruhan                      :  110 kg
c.       Panjang X Lebar X Tinggi         :  1325 X 965 X 1213
d.      Kapasitas kerja                          :  500 hingga 600 kg per jam Padi
                                                               350 hingga 450 kg per jam Kedelai
                                                               700 hingga 1000 kg per jam Jagung
e.      Kecepatan putar silinder            :  untuk padi 600 rpm
                                                               untuk kedelai 600 – 650 rpm
                                                               untuk jagung 650 – 700 rpm
f.       Kebutuhan tenaga                      :  3 sampai 4 orang
g.      Kebutuhan bahan bakar            :  0,9 liter per jam bensin
                                                               1,0 liter per jam solar
Power thresher ini yang selanjutnya berkembang dan beredar di pasar indonesia dengan modifikasi yang berbeda – beda tergantung kepada merk dan model yang dikembangkan oleh masing – masing pabrikan.

PETUNJUK OPERASIONAL

A.      Petunjuk keselamatan kerja
1.        Jalankan thresher hanya bila operator benar – benar telah memahami cara pengoerasiannya. Gunakan buku petunjuk ini sebagai panduan
2.        Sebelum menjalankan thresher, yakinkan bahwa lingkungan sekitar  aman dan ingat bahwa gas dari knalpot di ruangan yang tertutup sangat berbahaya.
3.        Jaga bagian tubuh (tangan, lengan, rambut dan kaki) dari sentuhan komponen mesin yang berputar. Kenakan pakaian yang tidak longgar supaya tidak tersangkut bagian mesin yang berputar.
4.        Gunakan masker penutup hidung agar terhindar dari debu yang ditimbulkan sewaktu proses perontokan berlangsung. Dan rambut yang panjang sebaiknya diikat supaya tidak terjepit oleh bagian mesin yang berputar.
5.        Jangan bekerja pada mesin yang kondisinya buruk (mur, baut kendor, dan lain-lain).
6.        Tangki bahan bakar diisi secukupnya, jangan sampai melimpah, dan jangan mengisi bahan bakar sewaktu mesin dalam keadaan hidup, jangan memakai lentera, dan jangan merokok, dsb)
7.        Apabila menggunakan mesin diesel dengan pendingin air, usahakan uap air pada tangki pendingin tidak berpengaruh terhadap bahan yang akan/ sedang dirontok.
8.        Apabila menggunakan mesin diesel dengan penggerak listrik, periksa terlebih dahulu kesempurnaan seluruh rangkaian kelistrikan, bahaya hubungan pendek arus listrik dapat menimbulkan kebakaran.
9.        Sediakan selalu kotak perlengkapan PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)

B.     Petunjuk Operasional Mesin Perontok (Power Thresher)

1.      Prosedur Sebelum Pemakaian
    1. Taruhlah mesin ditempat yang rata, dekat dengan tumpukan hasil yang akan dirontok, bila perlu taruhlah alas terpal/ lembaran plastik di bawah mesin, untuk mengurangi susut karena tercecer.
    2. Taruhlah dan posisikan mesin sedemikian rupa sehingga kotoran akan keluar searah dengan arah angin.
    3. Untuk mengurangi susut tercecer posisikan mesin menghadap dinding atau buatlah dinding buatan berupa lembaran plastik/ anyaman bambu didepan mesin sedemikian rupa sehingga butiran bijian yang terlempar dapat dikumpulkan.
    4. Bukalah penutup mesin dan periksalah : drum, semua gigi perontok, konkaf, bersihkan bagian dalam mesin dari kotoran dan benda asing yang sekiranya akan mengganggu dan merusak mesin dan juga berbahaya bagi operator. Putarlah drum perontok dengan tangan sehingga yakin tidak ada yang lepas atau bersentuhan/ bergesekan.
    5. Periksalah ketegangan dan garis lini sabuk puli, bila sabuk tidak dalam satu garis lini dan ketegangan tidak tepat maka sabuk puli akan cepat rusak sebelum waktunya. Untuk permukaan puli yang kasar sebaiknya diamplas dan bila puli retak, sebaiknya segera diganti.
    6. Lumasilah semua bantalan dengan minyak pelumas atau pasta pelumas, periksa juga secara menyeluruh terhadap kemungkinan adanya mur, baur yang kendor. Periksalah mesin apakah sudah cukup oli dan bahan bakarnya. Dan baca sekali lagi ”Petunjuk Keselamatan Kerja” pada buku ini.



2.      Cara Kerja
    1. Setelah semuanya siap, star/ hidupkan mesin, biarkan sebentar mesin tanpa muatan. Periksalah posisi unit keseluruhan mesin, jangan sampai bergeser akibat getaran atau berpindah tempat.
    2. Masukkan sedikit bahan asupan untuk memeriksa kemampuan alat, tambah kecepatan putar (rpm) drum perontok bila ternyata masih ada biji – bijian yang belum terontok.
    3. Setelah mesin siap dioperasikan, masukkan bahan asupan yang akan dirontok ke pintu pemasukan secara teratur sebanyak mungkin tanpa menimbulkan overload, Tumpuklah bahan di meja pemasukan seefektif mungkin dua sampai tiga orang diperlukan untuk melayani mesin ini.
    4. Kurangi pemasukan bahan bila terasa akan menjadi overloading, terutama  untuk bahan yang masih belum kering. Apabila mesin macet/ slip karena overloading, matikan mesin, bukalah tutup mesin dan bersihkan bagian dalamnya.
    5. Apabila dirasa posisi meja pengumpan terlalu tinggi, pergunakan alat bantu meja atau kursi untuk tempat berdiri operator pengumpan atau rendahkan posisi dudukan mesin perontok.
    6. Cegahlah jangan sampai ada benda asing (batu, kayu, logam, mur, baut, kawat dsb) yang masuk kedalam mesin.
    7. Kotoran berbentuk jerami yang keluar dari pintu pelempar jerami atau kipas penghembus harus segera dijauhkan dari mesin, agar tidak menyumbat saringan atau tercampur dengan gabah bersih hasil perontokan, bila perlu gabah ditampung langsung menggunakan karung di depan mulut pintu pengeluaran gabah.
    8. Apabila proses perontokan telah selesai, mesin harus segera dibersihkan (terutama bagian dalamnya) untuk disimpan ditempat yang bersih dan kering, bila perlu diberi selimut agar tidak berkarat. Menyimpan mesin dalam keadaan kotor akan menjadikannya mesin sebagai sarang hama dan penyakit.




1 komentar: